ROMBONGAN I
Lingkungan yang tampak rusak terkena abu dan pasir vulkanik Merapi
Sesuai dengan perintah dari PMI Provinsi Jawa Tengah dalam menanggapi kejadian Bencana Erupsi Gunung Merapi di Wilayah Jawa Tengah, maka PMI Kabupaten Purbalingga mendapat tugas untuk mengirimkan Tim Medical Action Team (MAT) menuju lokasi pengungsian di wilayah kabupaten Magelang.
Rombongan Tim MAT terdiri dari 2 kelompok yang berangkat secara bertahap yaitu tanggal 4-7 Nopember 2010 serta tanggal 7-10 Nopember 2010.
Rombongan I menetap di Posko Pengungsi Jumoyo Kec. Salam Kabupaten Magelang yang berada di radius 18 Km dari Puncak Merapi dengan membuka Posko Medis di Tenda di lapangan depan SMK Muhammadiyah 1 Salam, dengan kondisi seadanya. Air bersih seadanya, MCK seadanya dan menu Dapur Umum yang seadanya karena berada bersama dengan sekitar 1.700 an pengungsi.
Di lokasi ini, rombongan mengalami kejadian erupsi besar pada tanggal 4 Nopember malam, dan mengalami hujan abu vulkanik dengan selingan hujan air bercampur pasir. Beberapa tenda induk di sekitar tenda medis rusak, robek-robek dan beberapa bahkan roboh karena tidak mampu menampung volume material yang diterbangkan merapi ke sekitarnya. Baju-baju dan rompi PMI warna biru tua yang dikenakan relawan berubah menjadi putih dan abu-abu karena terkena hujan abu dan pasir. Kejadian yang menyibukkan kru ambulan adalah ketika sebagian plafond dan atap RSUD Muntilan Kab. Magelang runtuh dan pasien yang berada dilokasi harus di evakuasi ke RS lain, dan ambulan yang berada di radius RSU diminta bantuan untuk ikut bertugas memindahkan pasien.
ROMBONGAN II
Rombongan II tiba di Posko Pengungsian Jumoyo Kec. Salam sekitar Pukul 12.00 WIB dengan keadaan posko yang sudah tampak sangat kotor karena seluruh warna yang tampak hanya berkisar warna putih, abu-abu dan coklat. Putih karena abu vulkanik, abu-abu karena tumpukan pasir yang berada dimana-mana dan coklat karena setelah ditimpa hujan air dan pasir maka tanah menjadi berlumpur dan membaluti banyak benda di sekitar posko. Ambulan PMI Kab Purbalingga yang berwarna putih bersih pun beruabh menjadi warna abu-abu cerah dan bermotif air hujan.
Pukul. 15.00 WIB ternyata pengungsi sudah dikondisikan oleh Koordinator Posko untuk segera berkemas-kemas dan naik ke truk pengangkut untuk turun ke radius aman yang lebih aman.
Iring-iringan pengungsi posko yang diangkut oleh Truk masyarakat dan truk Militer bergerak turun menuju Mertoyudan, tepatnya mengarah ke Posko Pengungsian Gudang BULOG dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magelang yang beradius sekat 30 Km dari Puncak Merapi. Abu, debu dan pasir saling berlomba menyiram pengungsi sepanjang iring-iringan panjang ini. Disepanjang perjalanan, yang dilewati hanya kota yang rusak oleh debu dan pasir, kota yang sepi tanpa aktivitas ekonomi dan kota dengan jalanan yang merayap pelan dan cenderung macet oleh lalu lalang kendaraan umum, kendaraan angkutan pengungsi dan kendaraan pengangkut bantuan dari masyarakat untuk pengungsi Merapi. Luar biasa memang....
Pukul 17.30 ambulan Tim MAT PMI Kab Purbalingga memasuki Gudang BULOG di Mertoyudan. Sangat gaduh dan riuh suasana posko baru ini, sekitar 3000an pengungsi berdesakan menata diri di kapling gudang yang masih berbau beras.
2 jam pertama setelah membuka posko Pukul 19.00, Tim MAT memberikan pelayanan kesehatan sekitar 40 an pengungsi masuk Pos Layanan dengan kasus dominan pada gatal, ISPA dan Sakit Mata yang sebab utamanya debu berlebihan dan sanitasi yang terbatas.
Pukul 22.00 Posko MAT pindah ke Pos Pengungsian Kantor Kementerian Agama yang berada persis di sebelahnya dengan pertimbangan di lokasi tersebut belum ada Posko Medis, sementara di Posko BULOG sudah dibuka Posko Kesehatan dari RS UNISSULA Semarang dan Kanwil Dinkes Prov Jawa Tengah.
Diposko Kemenag ini, Tim MAT PMI Purbalingga bekerjasama dengan TNI, Pemkab, Mahasiswa dan Tim Dapur Umum PMI Kudus mengelola PoskoPengngsian yang ditempati hampir 400 orang dengan rincian 312 Pengungsi dan sisanya relawan.
Hari Rabu tanggal 10 Nopember, Tim MAT PMI Purbalingga dan DU PMI Kudus mengakhiri tugas di posko tersebut dan ditarik kembali ke daerah masig-masing dan kembali bersiaga untuk penanganan bencana di daerah yang memang saat ini sedang sering terjadi.
Satu hal yang ditangkap selama berada di pengungsian dan berbaur dengan segala permasalahan pengungsi, bahwa tampak memang ada wajah-wajah lelah pengungsi ketika mereka diharuskan berpindah lagi ke posko pengungsian lain.
Kerja yang mesti mereka lakukan sangat panjang, dari mulai mengemas perlengkapan hidup selama ditenda, packing lagi agar mudah ditenteng, kemudian mengumpulkan anggota keluarganya yang mungkin sedang berada di tempat lain di area posko pengungsian (misal sedang antri MCK, antri ambil air atau antri logistik), menaikkan barang-barang milik kelompoknya ke atas truk, menata diri diatas truk, kemudian menurunkan barang-barang ditempat pengngsian baru, membawa barang ke petak/kapling pengungsian yang disediakan koordinator posko yang dituju, menyiapkan tatakan/landasan kapling, menata barang-barang di kaplingnya, mencari lokasi-lokasi untuk MCK, tempat Shalat dan DU yang kadang tempatnya sangat berjauhan satu dengan yang lainnya dan itu dilakukan dalam suasana hiruk pikuk berbaur dengan ribuan orang yang bertujuan sama.
Terlepas dari itu konsekuensi pengungsian, tapi satu yang sudah pasti bahwa jiwa mereka dan keluarga besarnya Insya Alloh sudah dihindarkan dari bahaya langsung erupsi Merapi. Itu yang akhirnya membuat mereka ikhlas dan nerimo apapun kondisi yang harus mereka terima di pengungsian. Itulah kearifan dan kedewasaan mereka yang setidaknya bisa kita ambil sebagai hal positif.
(rsl-volunteer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar