Rabu, 22 September 2010

65 tahun PMI, semakin cepat, tanggap dan modern


Tanggal 17 September 2010 ini, 65 tahun sudah PMI ada dan berbakti bagi Republik Indonesia. 65 Tahun bukanlah usia muda, tapi telah masuk ke usia matang dan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang sangat beraneka baik dari sisi penyebab, maupun penangananan dan penyelesaiannya.

Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunya lembaga kepalangmerahan yang di Indonesia, saat ini aktivitas dan eksistensinya dalam menjalankan misi kemanusiaan dan sejalan dengan semangat gerakan kepalangmerahan pun telah mulai didengar dan didengarkan oleh negara dan rakyat republik ini. Segala aktivitasnya tidak pernah terlepas dari berbagai tantangan, dinamika dan sejarah yang datang dan pergi yang dihadapi bangsa ini.

Tahun 2010 ini, pada usia 65 tahun kali ini PMI mengusung tema ’Bersama untuk Kemanusiaan” dan mempunyai Ketua Umum baru yang dianggap sangat kredibel dan kompeten untuk memimpin gerak PMI yang dinamis. Drs. H.Muhammad Jusuf Kalla terpilih sebagai Ketua Umum periode 2009-2014 dari hasil Munas PMI Tahun 2009 menggantikan Drs. Mar’ie Muhammad.

Banyak sudah rangkaian kegiatan yang sangat menonjol dan menarik perhatian simpati dan kesedihan jutaan orang di Indonesia yang menjadi tantangan dan tugas PMI untuk masuk dan berpartisipasi. Setelah kegiatan yang sangat menguras energi dan kemampuan PMI di Aceh pasca Tsunami tahun 2004 dan Gempa DIY Jateng Tahun 2006, masih banyak rentetan lagi kegiatan kemanusiaan yang telah menarik masuk PMI ke dalam totalitas aktivitasnya dengan pengerahan ratusan relawan yang siap mengabdi dan bekerja keras menegakkan panji PMI di masyarakat. Beberapa yang cukup besar antara lain adalah Tanah Longsor di perkebunan teh Ciwidey Kabupaten Bandung Barat dan Pengungsian masyarakat Karo akibat bencana alam meletusnya Gunung Sinabung yang sudah sekian ratus tahun tidak menunjukkan aktifitas vulkaniknya.
Dalam kejadian longsor di perkebunan teh Ciwidey, masyarakat sudah memberikan apesiasi yang cukup positif akan respon PMI sebagai lembaga yang bisa masuk ke lokasi paling cepat. Kehadiran sang Ketua Umum PMI sangatlah nampak di lokasi bencana dengan menggunakan Helikopter PMI didukung oleh Relawan PMI yang datang menyusur perbukitan dengan kendaraan operasional angkut personil terbaru Haglund milik PMI.

Langkah-langkah yang telah di ambil oleh Ketua Umum PMI di awal periode ini sedikit banyak memberikan banyak harapan akan sepak terjang PMI yang lebih cepat dan tanggap. Kampanye dan gaya manajemen modern mulai dimunculkan di internal PMI. Penyadaran masyarakat akan pentingnya Donor Darah dan ketersediaan darah menjadi langkah pertama yang akan dituntaskan dengan segera. Rencana pendirian pabrik pembuatan Kantong Darah menjadi terobosan baru untuk memotong biaya pembelian kantong darah yang selama ini selalu di impor. Pendirian gerai Unit Donor Darah (UDD) PMI di Mall-mall dan pusat perbelanjaan di Jakarta dan Makassar pun merupakan gaya manajemen modern untuk mengkampanyekan Donor Darah sebagai gaya hidup (Life Style) di kalangan masyarakat dan terutama di kalangan usia muda serta untuk meningkatkan stok darah nasional yang sampai dengan tahun 2009 selalu mengalami kekurangan hampir 2 juta kantong.

Selain itu masalah SDM juga tak kalah populernya dikelola oleh Pengurus Pusat PMI di usia ke 65 ini. Kualitas relawan yang profesional dan teladan pun digarap dengan sangat serius. Pelatihan Satuan Penanganan Bencana (SATGANA) PMI tingkat nasional yang dilaksanakan di Pusdiklat Kopassus Batujajar Bandung pun menjadi bukti. 100 Relawan SATGANA PMI pilihan yang dilatih diharapkan menjadi ujung tombak PMI di lapangan bencana secara paripurna dan cekatan. Termasuk diantara keberhasilan PMI adalah terpilihnya Ketua Umum PMI sebagai Koordinator Perhimpunan Palang Merah ASEAN di tahun 2010 ini untuk masa beberapa tahun ke depan.

Berbagai prestasi dan permasalahan yang masih dihadapi PMI di usia yang ke 65 tahun ini sesungguhnya merupakan tantangan tersendiri yang unik dan menarik.

Namun, kondisi ini bukan berarti eksistensi PMI tidak menghadapi permasalahan, terutama jika melihat perkembangan masyarakat yang begitu dinamis. Memang seharusnya dinamika itu harus dilakoni PMI sebagai tantangan yang tidak bisa dinafikan begitu saja. Kasus yang nyata adalah semakin suburnya organisasi swadaya masyarakat yang semakin kritis dengan kinerja PMI, yang juga memberikan layanan-layanan kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan seperti yang dilakukan oleh PMI. Belum lagi semakin ekspansifnya partai-partai politik untuk bergerak dilapangan kemanusiaan dan bencana, dimana mereka pun mendapatkan pengakuan yang cukup baik di masyarakat.

Posisi PMI yang sudah dianggap ’profesional dan mapan’ oleh masyarakat, pada satu sisi membuat mereka tidak mau tahu apakah PMI siap atau tidak terhadap tuntuan mereka. Karena itu, jika PMI tidak mampu memahamai dan memenuhi tuntutan mereka, bisa jadi PMI akan ditinggalkan oleh masyarakat. Hal inlah yang smestinya menjadi pedoman bagi PMI untuk terus berbenah dan mengembangkan diri dalam segenap aspek. Sehingga makin berumur PMI, maka semakin tangguh dan profesionalah kinerjanya. Dirgahayu PMI ke 65. Dirgahayu relawan pejuang kemanusiaan. (rsl-volunteer)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

header

header